Sudah dibaca : 300 kali
Setiap kali melintas di jalan-jalan protokol yang dikenal sebagai “segi tiga emas” di Jakarta, saya selalu merasa kagum melihat gedung-gedung pencakar langit yang berdiri berderet-deret di sana. Bukan sekadar mengagumi kemegahan bangunannya saja, tapi lebih dari pada itu saya juga terpesona oleh menterengnya berbagai logo perusahaan berukuran besar yang terpampang hampir di setiap gedung. Dalam pandangan saya, logo-logo ukuran besar itu memang sengaja dipasang sedemikian rupa untuk memamerkan aura kesuksesan yang berhasil diraih oleh perusahaan bersangkutan, kepada publik. Kesuksesanlah yang memungkinkan mereka mampu berkantor di kawasan prestisius bernama “segi tiga emas” itu.
Wajar saja kalau kita merasa kagum setiap kali melihat kesuksesan sebuah perusahaan. Akan tetapi, kalau kita mau berfikir lebih mendalam, seberapa pun suksesnya sebuah perusahaan, yang namanya perusahaan tetaplah sebuah material abstrak dan maya. Ia tidak benar-benar eksis dan artinya ia tidak lebih dari sebuah benda mati. Oleh karenanya, kita pasti mengerti bahwa bukan perusahaan itu yang sesungguhnya mencapai sukses, tapi tokoh-tokoh penting di dalamnyalah yang merupakan figur kunci dari kesuksesan tersebut.
Tokoh-tokoh penting dimaksud tidak lain dari sang pengusaha beserta para profesional yang bekerja keras di sana. Mereka adalah manusia. Manusialah yang berfikir, bekerja dan berupaya. Bukan komputer, bukan bangunan kantor dan juga bukan logo besar yang terpampang di atas gedung yang melakukan itu semua hingga sebuah kesuksesan dapat dicapai. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa perusahaan yang sesungguhnya adalah orang, bukan peralatan dan bukan pula organisasi. Tanpa kehadiran orang, mustahil ada kesuksesan perusahaan.
Seorang kawan yang motivator asal Singapura pernah menyampaikan bahwa setiap individu adalah sebuah perusahaan. Bila nama seseorang adalah si Badu misalnya, maka orang tersebut adalah sebuah perusahaan satu orang (one person enterprise) yang bernama “Badu Unlimited“. Begitu juga bila namanya Sulaiman, maka yang bersangkutan disebut sebagai “Sulaiman Unlimited“.
Kenapa “Unlimited” (tidak terbatas)? Bukankah perusahaan yang sesungguhnya disebut sebagai “Limited” (Ltd, sejenis perseroan terbatas)?
David, teman motivator tersebut mengatakan bahwa berbeda dengan perusahaan yang merupakan badan hukum dengan tanggung jawab terbatas, maka manusia justru merupakan sosok yang memiliki kemampuan tak terbatas (Unlimited Power). Dengan demikian manusia seharusnya tidak gentar untuk mengambil tanggung jawab yang tak terbatas pula dalam mengarungi kehidupan ini.
Lalu, orang-orang seperti apakah yang akan mampu membawa sukses pada diri dan perusahaannya?
Kalau kita bicara tentang “sekadar sukses”, masyarakat pada umumnya sudah mengerti bahwa orang-orang yang potensial membuat sukses tidak lain dari pribadi-pribadi yang memiliki karakter dan sikap hidup yang penuh kemandirian (independent), keberanian (bravery, risk taking), naluri petualangan (sense of adventure), daya tahan terhadap penderitaan (sufferance), keuletan yang luar biasa (persistence), gairah (passion), integritas (integrity, good attitude), serta kreativitas yang berkesinambungan. Ini hampir semua orang sudah maklum. Namun, masih tersisakan sebuah pertanyaan: “Lantas, dari mana pula datangnya semua nilai-nilai kepribadian dan sikap hidup seperti itu?”
Kalau yang kita bicarakan bukan sekadar sukses melainkan sebuah pencapaian luar biasa yang saya istilahkan sebagai “BREAK THROUGH” (Ultimate Success, Beyond Success), maka jawabannya justru lebih sederhana. Yaitu bahwa orang-orang yang berkapasitas untuk menciptakan sukses luar biasa adalah mereka yang telah menemukan “sumber daya pribadi”nya. Dan bahwa sumber daya pribadi itulah yang memunculkan berbagai perilaku positif sebagaimana para peraih sukses menunjukkan sifatnya yang mandiri, berani, tahan menderita, ulet, bergairah, berintegritas serta kreatif.
Beberapa orang mengistilahkan sumber daya pribadi sebagai DNA Spiritual. Bagaimana penjelasannya tentang DNA Spiritual itu? Dalam posting yang akan datang, semoga ada kesempatan untuk kita membahas wacana dimaksud.
Oleh: Rusman Hakim, PELC Coordinator