logo-bglogo-bg-white
  • Home
  • Kategori
    • Motivasi
    • Kisah Inspiratif
    • Bisnis
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami

Dulu Preman, Sekarang Juragan

26 August 2010Berani GagalMotivasiNo Comments

Sudah dibaca : 251 kali

Tak ada yang bisa diandalkan oleh Kaiman saat mengawali usaha budi daya jamur lima tahun lalu. Selain bermodal nol besar, dia hanya protolan SD serta baru saja terperosok ke dunia hitam dengan menjadi preman. Namun, kejelian melihat peluang plus kerja keras tanpa lelah membuat derajat hidup Kaiman meningkat pesat. Dari budi daya jamur, dia meraup puluhan juta rupiah tiap bulan.

SAAT berkunjung ke rumah sekaligus tempat produksi jamur di Desa Bulu Kandang,Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jatim, itu pekan lalu, Kaiman tampak sangat sederhana. Tak terlihat kesan bahwa dia adalah pengusaha berskala menengah kecil yang sukses. Gaya bicaranya ceplas-ceplos dan polos. Namun, jika disimak betul, orang dengan mudah paham bahwa dia sangat menguasai ilmu budi daya jamur tiram putih. Pria yang menghabiskan 15 tahun umurnya dengan bekerja serabutan di sektor informal itu hanya mengenakan pakaian kerja sehari-hari, kaus oblong. Saat ini umurnya sudah setengah abad.

Penampilan ala kadarnya itu tak lepas dari perjalanan hidup Kaiman yang penuh warna. Memulai perjalanan hidup dari seseorang yang tidak memiliki apa pun hingga terperosok ke dunia hitam, sekarang Kaiman menjadi pengusaha dengan 20 karyawan. Omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta dengan keuntungan bersih sampai Rp 20 juta per bulan. “Dulu saya menjalani pekerjaan sing gak nggenah (tidak benar, Red),” tutur dia sambil mengisap rokok keretek dalam-dalam. “Karena saya pengin punya uang buat keluarga, bapak dan ibu saya sampai mikir tingkah saya,” lanjut dia dengan nada sesal.

Kaiman menceritakan awal mula dirinya terlibat dalam aktivitas kriminal. Saat itu mata pencahariannya hilang gara-gara krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1997. Ayah dua anak tersebut sebelumnya bekerja sebagai sopir truk barang rute Surabaya-Bali. Setelah hubungan kerja itu diputus, Kaiman mulai bergelut dalam kriminalitas. “Saya jadi orang kepercayaan salah satu kelompok penjahat terkenal di salah satu pusat grosir besar Surabaya,” ujar Kaiman tanpa menjelaskan dengan lebih rinci salah satu babak gelap masa hidupnya itu. Dia menjadi joki alias sopir kendaraan yang mengangkut barang curian kelompoknya. “Tapi, sepertinya, saya tidak cocok di pekerjaan itu. Sebab, komplotan saya selalu gagal saat beroperasi. Pernah ingin mencuri ternak, tapi pemiliknya kebal senjata tajam. Saya dan teman-teman malah lari tunggang-langgang,” katanya sambil tertawa renyah.

Orang tua Kaiman sangat prihatin terhadap kelakuan anak pertama di antara enam bersaudara tersebut. Karena terlibat dalam aksi kejahatan, si sulung itu tak punya waktu untuk membantu adik-adiknya mandiri. “Karena kasihan terhadap orang tua, akhirnya saya berhenti dari pekerjaan yang nggak benar. Tapi, saya malah binggung mau kerja apa,” ungkap Kaiman tentang kegalauan hatinya ketika mentas dari dunia hitam.

Di tengah keputusasaan itu, pria yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas V SD itu diajak mengikuti pelatihan kewirausahaan budi daya jamur yang dihelat perusahaan rokok,PT HM Sampoerna Tbk. “Mau kerja, saya tak mungkin. Saya tidak punya ijazah karena tidak tamat SD. Maka, tak ada pilihan lain bagi saya, kecuali mengikuti pelatihan itu,” ujar dia.

Meskipun sudah mengikuti pelatihan tersebut secara intensif, Kaiman menyatakan tak pernah terlintas dalam benaknya terus-menerus menekuni budi daya tanaman pangan itu. “Pokoknya, saya nggak ingin nganggur. Tak ada niat menjadi pengusaha jamur,” ungkapnya. Sumber motivasinya hanyalah keinginan mengangkat derajat hidup keluarga. “Memilih budi daya jamur juga hanya kebetulan. Sebab, di desa saya banyak sekali limbah serbuk kayu. Dari pelatihan, saya tahu bahwa limbah tersebut malah menjadi media tanam jamur tiram,” terangnya.

Melalui Pusat Pelatihan Kewirausahaan Sampoerna yang saat ini bernama Pusat Pengembangan Kewirausahan (PPK) Sampoerna, pada 2005 Kaiman mendapatkan bantuan bibit jamur tiram seratus baglog (media tanam). Selain bibit, PPK menyediakan seorang pendamping yang membantu Kaiman menjalankan usaha itu. “Awalnya, sering gagal. Nggak bisa dipanen. Dari nyetek seribu benih, yang jadi cuma 500 jamur tiram. Banyak yang gagal karena ada kontaminasi benih dan hama. Jamur tiram itu dibudidayakan secara organik. Jadi, kalau ada hama, nggak boleh dibasmi dengan pestisida,” papar pria yang sering diminta menjadi pembina bagi petani jamur di berbagai daerah itu.

Selain persoalan hama, pada awal-awal usaha itu Kaiman diuji dengan masalah pemasaran. Lima tahun lalu, ada imaji kuat di masyarakat bahwa jamur tidak aman dikonsumsi karena beracun. Namun, dengan teguh Kaiman blusukan ke pasar-pasar bersama motor tuanya untuk meyakinkan calon pembeli bahwa jamur tiram merupakan makanan yang aman dikonsumsi, bergizi tinggi, dan bisa diolah dalam berbagai variasi.

Dua tahun Kaiman banting tulang. Berkat ketekunan itu, perlahan-lahan penjualan jamur hasil budi daya Kaiman meningkat. Saat permintaan mencapai 1.500 baglog, Kaiman memikirkan ekspansi usaha. Namun, dia terjerat masalah modal. Hasil penjualan bibit jamur tidak cukup untuk meluaskan tempat produksi. Terpaksa, dengan pinjaman BPKB mobil kerabatnya sebagai agunan, Kaiman nekat mengajukan permohonan kredit Rp 10 juta kepada bank. “Syukur, perhitungan saya tepat. Penjualan saya terus meningkat sehingga bisa melunasi kredit delam waktu enam bulan saja dari jatuh tempo yang sebetulnya setahun,” ucap dia. Melihat kegigihan Kaiman, bank tak segan-segan memberikan kepercayaan dengan meminjamkan uang dua kali lipat dari jumlah pinjaman pertama.

Dua tahun setelah mengawali usaha, Kaiman mampu mendapatkan laba bersih Rp 2 juta-Rp 2,5 juta per bulan. Saat itu dia membanderol satu baglog bibit jamur dengan harga Rp 1.800-Rp 2.250. Padahal, media tanam yang terdiri atas serbuk kayu gergajian, dedak/bekatul, tepung jagung, dan kalsium yang dibungkus plastik dengan bobot 1,1 kg per unit itu hanya dibuat dengan modal tak sampai Rp 1.000.

Meskipun Kaiman terhitung sebagai pengusaha baru, insting bisnisnya cukup tokcer. Dia menyadari bahwa menjual bibit jamur tiram lebih menguntungkan daripada menjual jamur siap olah. Dia mengungkapkan, sejak tiga tahun lalu 80 persen pendapatan usaha jamurnya berasal dari berjualan baglog. Sedangkan sisanya diperoleh dari berjualan jamur tiram. “Jamur tiram tergolong tanaman yang cepat tumbuh. Setiap baglog jamur tiram bisa menghasilkan panenan hingga 1 kg selama lima bulan, lalu diganti dengan media tanam baru,” ujarnya.

Pada 2008 Kaiman memberanikan diri melakukan ekspansi pasar dengan menjual produknya ke luar pulau. Baglog itu sudah dipesan untuk wilayah Bali, NTB, hingga Kalimantan. Setahun kemudian, Kaiman terus berinovasi dengan memperbaiki kemasan produk jamur tiram dengan styrofoam serta memberikan merek Jatiman. “Kemasan tersebut membuat harga jamur saya meningkat dua kali lipat. Nama Jatiman adalah pemberian mahasiswa progam best student Sampoerna 2009, merupakan singkatan Jamur Tiram Kaiman dari Jawa Timur,” ungkapnya. Untuk jamur tiram siap olah, Kaiman memasang harga sekitar Rp 10.000 per kg. Dia hanya memasok produk itu untuk kebutuhan di Surabaya dan Pasuruan. “Konsumennya, mulai rumah makan, supermarket, hingga penjual jamur crispy,” tambahnya.

Saat ini Kaiman memiliki lima kumbung (bangunan berdinding gedek), masing-masing seluas 50 meter persegi (5 meter x 10 meter). Dia juga sudah mampu menjual 60 ribu baglog setiap bulan atau 40 kali lipat lebih banyak daripada omzetnya saat mengawali usaha. “Saya sekarang bisa menikmati keuntungan bersih Rp 30 jutaan per bulan dengan omzet Rp 130 juta-Rp 150 juta,” ujarnya blak-blakan.

Kaiman pun menekuni pembiakan bibit jamur tiram. Dia memiliki dua jenis produk. Yang pertama disebut bibit Formula 1 (F1). Harganya mencapai Rp 150 per botol kaca kecil. Sementara itu, harga bibit F2 hanya sepersepuluhnya. “Sebulan, saya bisa mengirim 120-130 botol F1 ke luar Jawa,” ucap dia. Peminat F1 memang lebih tinggi. Sebab, satu botol F1 bisa dijadikan 60 botol bibit berkualitas F2.

Saat menapak tangga sukses seperti sekarang, Kaiman tetap berpikir sederhana tentang cita-citanya. “Saya hanya ingin usaha saya maju terus dan sebisanya tidak lontang-lantung lagi seperti dulu,” katanya. Kaiman menyatakan memiliki tiga rumah, lahan 1 hektare untukbudi daya jamur, empat kendaraan umum, dan kendaraan roda dua.

Pria itu juga berharap bisa aktif membantu para petani lain untuk memulai usaha di bidang jamur tiram. “Saya juga ingin membantu anak muda yang senasib dengan saya dulu,” terang dia dengan rendah hati. Dia juga menjelaskan bahwa ke-20 karyawannya berlatar belakang nakal. “Lihat saja, semua anak buah bertato. Tapi, jangan takut, semua sudah insaf, kok,” tegas dia.

Tak Tamat SD, Punya Murid Mahasiswa hingga Mantan Bos

TAK sempat mengenyam bangku sekolah tak membuat Kaiman tersingkir dari duniapendidikan. Berkat sukses dalam budi daya jamur, Kaiman malah menjadi “guru” yang laris diundang ke berbagai daerah untuk mengajar.

Mulai mahasiswa, calon petani jamur, hingga mantan pimpinan berbagai perusahaan terkenal yang pensiun dengan antusias mendengarkan cerita Kaiman tentang kesuksesannya. Mereka juga belajar budi daya tanaman bergizi tersebut dari Kaiman.

Salah satu pengalaman unik yang pernah dialami pria kelahiran 1960 itu adalah ketika didaulat menjadi pembicara di Bandung beberapa tahun silam. “Saya terima karena akomodasi dan transportasi ditanggung panitia. Juga dapat uang Rp 15 juta,” ujar Kaiman polos.

Karena penerbangan telat, Kaiman datang terlambat ke acara pelatihan itu. Padahal, semua peserta sudah berada di dalam ruang acara. “Saat saya masuk, MC memperkenalkan diri saya sebagai dosen. Waduh, rasanya sangat malu ketika maju ke depan. Wong sekolah SD saja gak tamat, kok disebut dosen,” kenangnya.

Pria berbadan kecil itu menyatakan, sejak berhasil sebagai petani jamur tiram, banyak yang memintanya untuk menjadi pembicara. Kaiman didaulat sebagai pembicara tetap di pelatihan-pelatihan yang digelar Dinas UKM dan Koperasi Pemprov Jawa Timur maupun dinas pertanian.

Kota-kota seperti Bontang dan Riau dia singgahi untuk jadi pembicara mengenai jamur. “Saya diajari Sampoerna untuk menjadi trainer mengenai jamur tiram. Juga sering diajak pameran. Lama-kelamaan jadi berani berbicara,” ungkap dia.

Bapak dua anak tersebut juga sering menerima peneliti maupun magang di rumahnya. Tak hanya mahasiswa maupun akademisi yang tertarik akan keberhasilannya dalam mengembangkan bibit jamur tiram organik super. Bahkan, banyak tamu dari luar negeri yang mampir ke rumah yang dia beli dari hasil jamurnya itu. “Ada yang dari Tiongkok. Ada juga yang dari Taiwan,” ungkap Kaiman. Gaya hidup bersahaja tak menghalangi dia untuk membagi ilmunya kepada siapa pun.

Kaiman terus berinovasi dengan memperbaiki kemasan produk jamur tiram dengan styrofoam serta memberikan merek Jatiman. “Nama Jatiman adalah pemberian mahasiswa progam best student Sampoerna 2009, merupakan singkatan Jamur Tiram Kaiman dari Jawa Timur,” ungkapnya.

Sumber: Voila web

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − fourteen =

Artikel Terakhir

  • Do What You Love And Love What You Do
  • 5 Sebab Utama Pengunjung Batal Membeli Produk di Toko Anda
  • Kebun Binatang dan The Power of Kepepet
  • Setiap Orang Memiliki Kisah Hidup
  • Yukka Brodo : Buka Bisnis Sepatu Modalnya Cuma 7 Juta

Berlangganan Artikel

Follow me on Twitter

My Tweets

Sekarang Jam Berapa?

Komentar Terakhir

  • Eko Jalu Santoso on Energi Positif Sukses MuliaGreat..meningkatkan energi positof berarti meningk…
  • wisata di magelang on Jangan Peduli Omongan Orang Selama Anda Di Jalan Yang BenarMenarik gan dan menginspirasi
  • Alvi on Jualan Itu Pakai Ilmu! Jangan Kayak Kebo Asal Nyruduk MeluluSyukron untuk tulisannya mas, sangat bermanfaat se…
  • MaisyaClub.com Bisnis Online Terbaik 2017 on Berikan Solusi Bukan MotivasiTerimakasih,... artikelnya sangat bagus sekali,..…
  • Bambang on 5 Strategi Jitu Membangun Bisnis SendiriThanks buat tulisannya, sangat bermanfaat :) Saya…

Help us to spread the world





Silahkan copy & paste kode banner di dalam box untuk di pasang di website atau blog anda

Terms

  • Boleh mengutip tulisan-tulisan dari blog kami, asal disebutkan sumbernya.
  • Dipersilahkan bagi yang hendak me-link blog kami. Tak perlu minta ijin. Justru kami akan berterima kasih.
My Tweets

Komentar Terakhir

  • Eko Jalu Santoso on Energi Positif Sukses MuliaGreat..meningkatkan energi positof berarti meningk…
  • wisata di magelang on Jangan Peduli Omongan Orang Selama Anda Di Jalan Yang BenarMenarik gan dan menginspirasi
  • Alvi on Jualan Itu Pakai Ilmu! Jangan Kayak Kebo Asal Nyruduk MeluluSyukron untuk tulisannya mas, sangat bermanfaat se…
  • MaisyaClub.com Bisnis Online Terbaik 2017 on Berikan Solusi Bukan MotivasiTerimakasih,... artikelnya sangat bagus sekali,..…
  • Bambang on 5 Strategi Jitu Membangun Bisnis SendiriThanks buat tulisannya, sangat bermanfaat :) Saya…

Berlangganan Artikel

Berani Gagal Award

Donasikan Blog Ini

Copyright © 2006 - 2016, Berani Gagal | Motivate Yourself!
Dev. by Rahardi Creative