Sudah dibaca : 204 kali
Tahun 1995, ketika Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sedang mulai tumbuh, sahabat saya Basuki pimpinan BMT Binama ketika memperkenalkan diri mengatakan “Saya Basuki dari BMT Binama. Asset BMT kami satu milyar rupiah. Seratus juta asset nyata dan sisanya sembilan ratus juta berupa keyakinan dan semangat” tentu kami yang mendengarnya tertawa. Mengapa? Karena ketika itu, asset BMT mitra Dompet Dhuafa (DD) Republika rata-rata masih dua puluh juta rupiah.
Memiliki BMT dengan asset seratus juta rupiah pada saat itu sudah merupakan prestasi hebat, apalagi satu milyar. Namun, dua belas tahun berlalu, kini asset BMT bukan hanya satu milyar rupiah tapi sudah banyak yang telah mencapai puluhan milyar rupiah. Ucapan Basuki yang semula ditertawakan ternyata menjadi kenyataan.
Keinginan menjadi kenyataan juga banyak saya alami. Ketika saya kecil orang tua saya sangat miskin, namun sejak SMP h! ingga SM A (1981-1987) setiap selesai sholat saya selalu berdoa agar saya menjadi Insinyur Pertanian, beberapa tahun kemudian (1992) doa saya menjadi kenyataan.
Ketika mendengar berita di televisi Hongkong diserahkan dari Inggris ke China (1997) saya bergumam di dalam hati ”suatu saat saya akan pergi ke Hongkong.” Tujuh tahun kemudian (2004) saya diundang untuk memberikan training di Hongkong. Keinginan di dalam hati itu menjadi kenyataan.
Saya yakin, andapun banyak mengalami hal seperti saya. Anda menginginkan sesuatu tiba-tiba yang anda inginkan hadir di depan mata anda. Anda membatin sesuatu, suatu saat yang anda batinkan itu menjelma menjadi kenyataan. Anda berharap bertemu dengan sahabat lama anda, tiba-tiba anda bertemu di jalan atau bertemu dalam deal bisnis dengan perusahaan anda.
Mengapa niat, impian, keinginan dan harapan kita bisa menjadi kenyataan? Pertanyaan itu terjawab tuntas setelah saya membaca buku Law of Attraction (Hukum Ketertarikan), karya Michael J. Losier. Hukum ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita pikirkan dengan segenap perhatian, energi dan kosentrasi pikiran, baik hal yang positif maupun negatif, akan datang ke dalam kehidupan kita.
Di dalam kehidupan, kitapun sering memiliki niat, keinginan dan harapan yang biasa kita sebut getaran. Getaran yang kita keluarkan ada yang positif, ada pula yang negatif. Bila kita mengirimkan getaran negatif pasti orang-orang di sekitar kita merasakan ketidaknyamanan berada di dekat kita. Mereka akan segera berusaha menghindar bertemu dengan kita. Citra diri kitapun menjadi negatif.
Sebaliknya, bila kita selalu mengirimkan getaran positif maka getaran itu akan menarik getaran-getaran positif lain yang ada di jagad raya ini. Hal-hal positif berupa kemakmuran, keberkahan, kebahagiaan hidup akan semakin melimpah datang menghampiri orang yang mengeluarkan getaran positif. Kehidupan akan menjadi mudah karena berbagai getaran positif yang di alam akan berlomba datang menghampiri kita.
Bila kita ingin membangun umat dan bangsa ini ke arah yang lebih bermartabat, kita harus memperbanyak getaran positif di negeri ini. Kita harus meyakinkan diri bahwa kita mampu menjadi bangsa yang besar, bukan bangsa babu atau indon (budak). Yakinlah bahwa kemiskinan di negeri ini bisa hilang sebagaimana masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Optimislah bahwa kekayaan alam yang melimpah mampu kita kelola secara mandiri tanpa harus diserahkan kepada asing.
Hukum Ketertarikan menyatakan bahwa bila kita mengeluarkan getaran positif yang sangat kuat (menyatu antara pikiran, perasaan dan tindakan) maka secara otomatis alam semesta akan berkerja untuk kita. Berbagai getaran positif yang ada di alam berlomba mendekati kita. Semakin besar getaran positif yang kita keluarkan semakin cepat alam akan memberikan respon dan bekerja untuk kita. Jadi yakinlah, bila anda sudah sering mengeluarkan getaran positif, dalam waktu dekat getaran itu akan menjadi kenyataan. Yakinlah.
Jamil Azzaini,
Inspirator Sukses Mulia.
Penulis buku Best Seller Kubik Leadership