

Sudah dibaca : 1090 kali
Menyaksikan tayangan dunia binatang di televisi, memang kerap kali membawa kita kepada sebuah pencerahan.
Kehidupan lebah misalnya. Binatang kecil ini, lewat insting yang luar biasa, akan selalu (saya ulangi selalu) menemukan bunga, sebagai makanannya. Tidak hanya itu, kehidupan lebah juga menjadi berkutat diseputar : bunga, madu, bunga, madu…dst.
Lain halnya dengan lalat (bukan lalat buah). Karena ‘insting’ juga, maka lalat, bagaimanapun akan menemukan kotoran. Selalu. Jadilah kehidupan lalat, berkutat pada : sampah, kotoran, sampah, kotoran..dst.
Lupakan soal ‘insting’ di atas. Sekarang kita coba maping kehidupan lebah dan lalat ke kehidupan manusia.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa pikiran dan hati manusialah yang menentukan berkuatat dalam kehidupan seperti apa manusia. Ada orang-orang mulia, sukses, bahagia, namun ada pula orang-orang gagal, pesimis dan tidak bahagia.
Apakah ini merupakan kebetulan?
Apakah akibat-akibat di atas semata-mata pengaruh ‘kerja-keras’?
Sepertinya tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semuanya adalah sebab-akibat.
Apalagi kita tahu, kerja keras, bukanlah segala-galanya. Kerja-keras sekalipun tidak akan berakibat signifikan tanpa sikap hati dan pikiran pemenang.
Mari kita aktifkan, biasakan, kuatkan ‘insting’ lebah kita. Supaya kita betapapun kesulitan yang menghadang, akan selalu menemukan bunga, yang kemudian menghasilkan madu. Dalam arti hidup yang bermanfaat bagi orang lain.
Kita tentu tidak ingin hidup kita berkutat dalam kotoran, sampah, bau busuk, pergaulan buruk, kesulitan finansial, kesehatan yang rusak, hidup yang berantakan yang berujung pada kehinaan.
Jadilah lebah dan bukan lalat. 😉
Oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom