Sudah dibaca : 212 kali
Ketika target triwulanan terlihat tidak tercapai di triwulan pertama, kita mulai menimbang-nimbang. Akan lebih buruk bila ketidak tercapaian tersebut sangat besar. Kita merasa semesta membenci kita. Rasanya tidak satupun dari faktor yang mendukung pencapaian target tersebut berjalan sesuai rencana. Demand tidak sesuai dengan yang kita perkirakan.
Ketersediaan merchandise inventory atau alat produksi terlambat, atau tidak mencukupi. Penjualan juga lambat, bahkan pengembalian barang atau jumlah pelanggan jasa yang berhenti berlangganan bertambah banyak. Aduh, mengapa semua berjalan begitu buruk. Belum lagi pendapatan tentu saja ikut-ikutan tidak tercapai. Lebih buruk lagi bila penjualan Anda secara kredit dan pelunasan kredit pun tersendat. Astaga!!!
Ada saat yang sangat menyakitkan sehingga Anda mulai berfikir bahwa rencanalah yang salah, yang harus menjadi kambing hitam. Tetapi benarkah demikian? Mari kita lihat. Tidak ada yang bisa mendahului kehendak Sang Maha Pencipta. Benar sekali. Sayangnya, ketika belum terjadi, maka Anda tidak benar-benar tahu apa kehendak-Nya. Berarti benar bahwa rencananya yang harus diubah? Jujur saja, saya akan menjawab: Entah! Lho? Betapa tidak, saya juga tidak tahu kehendak-Nya. Sekarang toh baru triwulan pertama. Benar bahwa semua target tidak tercapai saat ini, tetapi kita kan punya target tahunan. Siapa yang bisa menjamin apa yang terjadi di tiga bulan ini pasti akan terjadi selama sembilan bulan ke depan? Tetapi baiklah mari kita ikuti saja cara berfikir Anda.
Rencana salah, lalu? Lalu, kita harus mengubah rencana sesuai logika yang nyata-nyata terlihat di depan mata. Berarti kita harus mengecilkan target? Ya, karena itu kenyataannya, kata Anda. Sekarang bagaimana kalau kita lihat itu dengan cara berbeda? Bagaimana bila itu terjadi karena kelelahan kita saja dalam mencari tahu kendala yang terjadi. Ketika kita diminta menjual 100 dan ternyata kita hanya mampu menjual 80, kita menganggap target yang harus diturunkan.
Baiklah, jangan lupa bahwa kita terlalu lelah untuk berfikir dan mencari tahu kendala yang harus dihadapi. Dan karena target telah kita turunkan, menjadi 80, kita lalu merasa bahwa semua aktivitas yang kita lakukan tiga bulan ini adalah yang paling benar. (Padahal ada kendala yang tidak kita ketahui, dan karena itu tidak kita cari solusinya.)
Nah, kendala tersebut memang ada dan tidak kita cari solusinya apalagi melakukan tindakan untuk mengalahkan kendala tersebut. Maka ketika kita sudah menurunkan target dan menganggap apa yang kita lakukan sudah benar, maka kendala yang ada tersebut menjadi makin besar. Karena kendala itu menjadi lebih besar, maka ketidak tercapaian target tersebut pun makin menjadi-jadi. Sekarang kita hanya mencapai 70 saja. Astaga!!!
Ingat bagaimana yang harus dilakukan agar dapat membentuk otot yang lebih besar dan lebih kuat? Kita harus menggunakan beban yang lebih berat dari yang bisa kita angkat. Karena itu otot kita memberi reaksi dengan menjadi lebih besar. Begitu pula dengan otak. Ketika kita hanya mencapai 80, mengapa mencoba membuat beban yang akan diangkat menjadi lebih ringan. Otot Anda tidak akan memberikan reaksi apapun. Hmm. Sekarang mari kita biarkan tetap saja target tersebut tidak diubah sama sekali. Mari kita lihat apa yang menjadi kendala dan menyebakan target tidak tercapai.
Ketika logika Anda digunakan lebih untuk mencari solusi guna mengalahkan kendala, maka Anda mungkin menemukan solusi. Beda bila logika Anda digunakan untuk menerima ketidaktercapaian target, Anda mungkin tidak berfikir untuk menemukan kendala. Nah, sekarang terlihat bahwa logika adalah sebuah pisau belati. Dia dapat digunakan untuk memotong daging tetapi dapat pula digunakan sekedar untuk mengiris bawang. Tergantung apa yang akan Anda jadikan sasaran bagi logika Anda. Maka, bersediakah Anda menggunakan belati Anda untuk memotong daging? Bersediakah Anda untuk lebih keras lagi melatih otot-otot Anda?
Semua pencapaian target akan sangat tergantung bagaimana tindakan Anda terhadap ketidaktercapaian. Toh Anda tidak pernah tahu apakah DIA akan memberikan Anda kemampuan untuk mencapai target tahunan atau tidak. Jadi mengapa tidak mengerahkan segenap tenaga untuk mengalahkan kendala dan tetap mengejar target.
Medan
– Mei 2008 –
www.bukakacamatakuda.blogspot.com
Oleh : Ardian Syam