Sudah dibaca : 152 kali
Di suatu pondok pesantren, Amin dan Aman adalah dua orang santri yang dinyatakan selesai mempelajari ilmu yang dimiliki Romo Gurunya.
Sang Romo Guru meminta Amin dan Aman untuk meneruskan belajar ilmu agama ke Pesantren NurCahaya dengan Kiai Tulen.
Karena Pesantren NurCahaya berada di atas bukit, Amin dan Aman harus berjalan kaki menuju pesantren tersebut.
Dalam perjalanan nantinya mereka akan melewati jurang, sungai dan beberapa desa. Setelah berpamitan dengan Romo Guru, Amin dan Aman memulai perjalanan. Dengan riang gembira selepas shalat dhuha mereka melangkahkan kaki ke Pesantren yang kurang lebih 10 km di atas bukit.
Di tengah perjalanan mereka menyebrangi jembatan untuk melewati sungai yang beraliran deras. Ketika asyik melewati jembatan, tiba-tiba Amin dan Aman mendegar jeritan suara wanita meminta tolong. Mereka berdua menyaksikan ternyata ada seorang wanita yang hampir tenggelam.
Tak panjang lebar Amin pun langsung menyeburkan diri ke sungai, padahal si Aman teriak melarangnya. Dengan sigap Amin menarik si wanita tersebut ke pinggir sungai. Setelah sampai di pinggir sungai Aman langsung meminta Amin untuk meninggalkan wanitaitu. “Min cukup sudah. Jangan sampai dirimu meneruskan menyentuh wanita yang belum menjadi hak kamu. Mari kita meneruskan perjalanan. Biarlah dia akan ditolong oleh penduduk desa” kata Aman
Akan tetapi Amin yang tak tega melihat wanitayang pingsan tak berdaya itu, malah memeluk dan menggendong sang wanitaserta membawanya ke desa terdekat. Kontan saja Aman marah dan kecewa kepada Amin.
Setelah memastikan Sang wanita tadi berada dengan penduduk desa untuk mendapatkan pertolongan barulah kemudian Amin menyusul Aman ke Pesantren NurCahaya.
Setibanya di Pesantren Cahaya, kembali Aman memaki Amin.
“Hey Amin, kenapa kamu malah memeluk wanita itu dan menggendongnya. Bukankah dirimu tahu kita tidak sepantasnya memeluk apalagi menggendong wanita yang bukan mahram kita?”
tanya Aman.
Dengan tersenyum Amin menjawab,
“Saudaraku Aman, setahuku, sang wanita itu telah aku lepaskan dan aku tinggalkan di desa seberang, namun mengapa engkau masih memeluk bahkan menggendong wanita itu didalam fikiranmu?”
***
Bagaimana menurut Para Sahabat tentang kisah diatas?
Bisa jadi Kisah tersebut seperti kiasan atas hidup kita saja. Betapa kalau boleh diumpamakan kisah di atas menggambarkan tentang diri kita yang masih menggendong masalah kehidupan masa lalu didalam fikiran kita hingga hari ini.
Mungkin banyak kisah menyedihkan, memalukan atau memilukan yang telah lama terjadi dan bahkan bisa dikatakan telah berlalu dimakan waktu. Akan tetapi sebagian dari diri kita masih membawa peristiwa tersebut seolah masih ada di dalam diri dan terasa karena bisa jadi kita masih menggendongnya hingga hari ini.
Oleh karena itu para sahabat.
Alangkah baiknya ketika kita mau mengikhlaskan semua masa lalu yang kurang menyenangkan dari diri kita.
Mari kita melepaskannya sekarang juga. Agar ia hilang sejenak atau bahkan untuk selamanya. Semoga dengan lepasnya ia dari diri kita membuat hidup kita menjadi ringan dan lebih bahagia agar kita bisa menatap indahnya hari demi hari yang kita lalui dengan senyuman yang mempesona
Semoga artikel sederhana ini memberikan sejumlah manfaat agar Anda semakin semangat beraktifitas di hari yang indah ini
Tetap Semangat
Salam Berbagi senantiasa
A.Setiawan
Life Learner,Trainer & Motivator
http://smileTrainer.co.cc
We Make You Smile in Facing The World
021- 4029 4912 | 08888962555 | YM: listant2000 | FB: Iwan Ketan
1 comment. Leave new
Cerita yang bagus…
He3, benar banget tu artikelnya.
Thx Guys, for sharing a good storie