Sudah dibaca : 1076 kali
“No Free Lunch!”
Istilah ini sudah sangat biasa kami dengar dari bos kami yang asli dari negri paman Sam itu.
Setiap menjawab candaan kami: “nraktir makan siang kok sambil meeting ?”
Itu bagi sebagian kami artinya makan siang yang “garing” karena membayangkan makan siang sembari meeting berbagai masalah dalam perusahaan. Dan nampaknya resep ampuh untuk mendinginkan suasana. Dan pas sekali kalau pihak management ingin menegosiasikan kebijakan baru dengan karyawan. Dengan sadar kita mengorbankan –waktu– makan siang kita untuk keperluan pekerjaan … dan pihak managemen membayarnya dengan mentraktir makan siang… cukup fair kan?
“No Free Lunch!”
Istilah ini juga biasa saya pakai ketika memberi “petuah” kepada para karyawan yang meributkan tentang kenaikan pangkat, minta bonus hingga kenaikan gaji.
No free lunch di sini artinya apakah kita sudah bekerja keras semaksimal mungkin sehingga kita layak mendapatkan ‘free lunch’ , maksud saya tidak ada yang gratis di dunia ini bung!… Kalau kita berkaca kepada teman-teman kita yang meraih posisi puncak di usia muda, yang mencolok kelihatan perbedaan dari mereka dengan karyawan yang rata-rata adalah kemauan untuk bekerja keras dan kemauan untuk mengorbankan –waktu– diluar jam kerja
mereka bekerja melebihi waktu bekerja rata-rata karyawan lainnya….
“No Free Lunch bro!”
Begitu pesanku pada seorang teman ketika mengeluh sudah bosan bekerja di sebuah perusahaan, ingin bebas merdeka menjadi “entrepreneur” .
“Entrepreneur” sebuah kata sakti yang luar biasa menyemangati, seolah hanya ada kenikmatan di sana.
Padahal segala sesuatu ada biaya yang harus dibayar (Everything has a price).
Apalagi untuk sebagian kita yang masih sebagai pegawai, perlu usaha keras karena kita harus membayar dobel.
Ada dua biaya yang harus dibayar yaitu mengamankan penghasilan yang ada dari gaji yang ada sekarang, berarti harus mau bekerja keras sebagai pegawai yang baik dan menjalankan dan merintis bisnis yang ingin kita gunakan sebagai kendaraan ketika hendak melepas title “pegawai” dari diri kita
Dan harga yang termahal yang harus siap kita korbankan untuk membayarnya adalah — waktu–
Apakah kita siap mengorbankan sisa waktu istirahat kita untuk fokus menjalankan bisnis kita.
So.. Ready for FREE LUNCH Bro?
Salam Suksess Terusss!
Supriyadi
FB: Supriyadi Super Boss
1 comment. Leave new
tapi ada kata teman saya bung. Bahwa usaha kadangkali tidak selaras dengan hasil. kadang ada yang sudah kerja 10 jam sehari belum dapet apa-apa. Sebaliknya yang kerja empat jam sudah mendapat macam-macam