Sudah dibaca : 1012 kali
Ada seorang pedagang kaya yang merasa dirinya tidak bahagia.
Dari pagi-pagi buta hingga malam hari, dia masih sibuk dengan buku catatan dan mesin hitungnya.
Menjelang tidur, dia masih memikirkan rencana kerja untuk keesokan harinya.
Suatu pagi sehabis mandi, saat berkaca, tiba-tiba dia menyadari rambutnya mulai menipis dan berwarna abu-abu.
“Akh, aku sudah menua… setiap hari aku bekerja, telah menghasilkan kekayaan begitu besar, Tapi kenapa aku tidak bahagia? Ke mana saja aku selama ini?”
Dia memutuskan untuk jalan-jalan melihat kehidupan di luar sana dan membaur di keramaian.
“Duh, hidup begitu susah, tidak adil! Kita telah bekerja dari pagi hingga sore,
tapi tetap saja miskin dan kurang” terdengar sebagian orang berkeluh kesah
Di tempat lain, dia melihat seorang saudagar kaya; tampak sedang sibuk berkata-kata kotor dan memaki dengan garang, tampaknya dia juga tidak bahagia.
Si pedagang meneruskan perjalanannya hingga tiba di pinggiran kota.
Saat dia beristirahat sejenak menikmati rimbunnya pepohonan, tiba-tiba telinganya mendengar seseorang berteriak lantang,
“TUHAN, terima kasih… hari ini aku dapat bekerja dan makan dengan kenyang. KAU juga melindungiku dalam setiap langkahku. Dan sekarang, saatnya aku mau beristirahat.”
Setelah tertegun beberapa saat mendengar suara lantang itu, si pedagang pelan-pelan mendatangi asal suara tadi.
Terlihat seorang berbaju lusuh telentang di rerumputan di bawah pohon besar.
Matanya terpejam.
Wajahnya begitu bersahaja.
Kebahagiaan tidak ada di gunung maupun di langit, tapi di hati yang takut akan TUHAN.
Kebahagiaan tidak bisa lepas dari rasa iklas dan hati yang bersyukur.
Semakin anda banyak menuntut dan komplain, semakin anda tidak bahagia.
Kebahagiaan juga menjauh dari orang yang selalu kuatir, selalu berpikir buruk,
Dan terlalu memikirkan kesalahan orang.
Salam sejahtera,
Hadi Poernomo