Sudah dibaca : 260 kali
Ketika menghadiri acara pengambilan sumpah tenaga menengah paramedis di Aula Gedung Wanita Semarang baru-baru ini, demikian terharu saya menyaksikan ratusan generasi muda menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian mendengarkan lagu Hymne Guru maupun lagu Syukur.
Tiga lagu yang sungguh punya arti penting bagi generasi muda, karena ditangan merekalah masa depan bangsa dan negara berada.
Mereka berusia muda, harus diangkat sumpah karena akan melakukan pekerjaan yang menyangkut keselamatan orang banyak.
Kebangsaan
Pada waktu founding father Negara kesatuan Republik Indonesia mencanangkan cita-citanya, nasionalisme menduduki urutan pertama.
Bagi bangsa yang djajah oleh bangsa lain selama 3½ abad, rakyat Indonesia waktu itu mendambakan hidup berdaulat, dapat mengatur dirinya sendiri dalam skala kecil, juga mengatur bangsanya sendiri dalam skala besar.
Pendiri negara meyakinkan seluruh individu di Indonesia ini bahwa Pancasila harus menjadi “way of life”-nya seluruh rakyat, dasar tatanan yang wajib dipertahankan dan diresapi serta dilaksanakan oleh setiap orang Indonesia.
Kita semua punya kekayaan alam. Indonesia merupakan alam subur yang harus dikelola dengan baik dan bijak. Juga pengelolaan negara yang dimulai dari pengelolaan dalam keluarga, dengan dasar pemikiran bahwa sikap mental bajik, bermoral dan beragama mendasari setiap individu.
Sikap mental bangsa terjajah diarahkan agar mengagumi penjajah, kemudian merasa bahwa dirinya tidak berarti tanpa mereka. Sikap mental tersebut dikikis oleh founding father kita.
Kita adalah bangsa yang besar, kita punya kemampuan karena pada hakekatnya setiap manusia punya kemampuan yang sama. Semua punya kemampuan melalui pendidikan ketrampilan. Bila sudah trampil, janganlah menjadi “singa” bagi bangsanya sendiri, berperilaku menerkam mereka yang lemah untuk menjadi berkuasa di atas kekuatan yang dibangunnya.
Inilah inti nasionalisme bangsa Indonesia, Rasa kebangsaan yang mantap, punya harga diri karena mampu namun tidak sombong dalam kekeroposannya sendiri.
Patriotisme
Setiap individu dalam kehidupan ini punya rasa patriotisme. Rasa sebagai pertanggungjawaban moral untuk menegakkan kebenaran dan mengikis kebatilan.
Patriotisme menegakkan norma dengan prinsip berusaha tidak berbuat salah, malu bila terlanjur berbuat salah dan bersedia menerima hukuman bila terlanjur berbuat salah.
Patriotisme sebagai bangsa adalah kedaulatan bangsa atas tanah air. Kedaulatan ini merupakan harga diri. Jangan sampai kita direndahkan oleh bangsa lain karena ulah tidak terpuji oleh diri kita sendiri.
Rasa patriotisme tidak membiarkan kekuatan lain boleh berdaulat dan mempunyai hak yang seharusnya dipunyai oleh bangsa sendiri. Termasuk rasa ini adalah kesetiakawanan antar sesama bangsa.
Patriotisme ini sangat ditanamkan oleh Presiden Pertama Negara kita, Bung Karno. Antara tahun 1958-1959 Bung Karno memberikan rangkaian urian guna mengobarkan patriotisme guna meningkatkan pemahaman para pemimpin Indonesia akan pentingnya patriotisme dan pentingnya Pancasila. Bahkan Pancasila dijelaskan sila demi sila hingga berlangsung lama. Pancasila menjadi pemersatu bangsa serta patriotisme menjadi semangat bangsa.
Kondisi
Kondisi negara saat ini sedang mengalami krisis multi dimensi. Peyebab utamanya adalah masalah yang mendunia. Setiap bagian dari dunia ini mengalaminya dan berusaha untuk menyusun kembali keadaannya bagaikan habis kena musibah bencana alam (walau ini utamanya bencana ekonomi)
Komitment setiap bangsa dibulatkan. Dengan pertimbangan harga diri dan usaha untuk keluar dari keterpurukan, kerja keras menjadi pilihan. Namun tidak hanya itu saja, kebersamaan disertai landasan moral dan etika merupakan tekad untuk membangun kembali apa yang rusak dan menegakkan kembali apa yang miring serta merakit kembali apa yang bobrok.
Apa yang dialami bangsa kita ternyata jauh dari harapan. Diantara kita ada sikap saling menyalahkan, sehingga terjadi pertikaian. Apakah hal ini masih akan terus berlangsung sehingga kita jadi tidak sempat membenahi seluruh kesatuan bangsa dan negara ?
Masalah yang mengkondisikan lebih parahnya keadaan adalah bencana alam. Hal ini banyak ditengarai karena kecerobohan sebagian besar orang yang tidak mau mengerti keadaan alam. Orang banyak yang sudah lalai bahwa air dapat disimpan oleh pohon, lalai bahwa sumbatan bisa terjadi karena sampah, lalai pula bahwa air dicemari berbagai sampah industri yang menyebabkan gangguan bagi kehidupan kita sendiri.
Harapan
Kesadaran merupakan harapan cerah bagi kita semua. Oleh karena itu kesadaran akan perlunya memperbaiki keadaan kita wajib merupakan tekad bersama.
Kita tidak usah merasa malu untuk mengobarkan kembali semangat perjuangan empat lima. Kita kaji kembali bahwa rasa rela berkorban untuk sesama saudara guna bersama menegakkan negara yang beradulat sangat pekat waktu itu. Para gerilyawan berbulan-bulan tingal di desa, mendapatkan makan dan berteduh dari rakyat.
Rakyat bersama menolong para pejuang untuk dapat mengantarkan dan menegakkan suatu negara yang berdaulat.
Saat ini negara berdaulat sudah kita peroleh. Kita wajib mengingat cita-cita para pendiri Republik Kesatuan ini, bahwa isi negara hendaknya tidak carut marut, Kita wajib malu bila tidak berada dalam garis kebangsaan dan patriotisme.
Kita wajib menyadari bahwa pertikaian sangat merugikan dan persatuan yang kita perlukan. Bila ada permasalahan bangsa, emosi disimpan dulu untuk mengkaji ulang apa yang terjadi.
Dengan Pancasila sebagai way of life, kita bersama sanggup mengembalikan keutuhan bangsa menuju masa depan yang baik.
D. Henry Basuki
Pengamat Sosial Kemasyarakatan