Sudah dibaca : 292 kali
Singa jantan jangan belajar mengaum kepada kucing (Beres).
Seringkali tanpa disadari, kita yang dilahirkan sebagai anak-anak Singa yang perkasa dan mandiri, anak-anak Raja, tidak menyadari kelebihan dan rencana besar yang sedang dan mau dikerjakan oleh Tuhan didalam diri kita. Kita menganggap diri kita bahkan lebih rendah dari Kucing, dan ingin belajar darinya.
Kucing memang memiliki banyak kelebihan dari Singa, Kucing lebih kecil sehingga dia lebih lincah dan mampu memanjat dengan cepat. Kucing lebih kecil dan suaranyapun tanpa wibawa, sehingga tidak banyak yang takut dan gentar pada kehadirannya.
Kucing bukanlah Singa meskipun banyak kelebihan dan kemiripannya, Kucing tidak mungkin mengaum dengan penuh wibawa, kucing hanya bisa mengeong dengan suara keras melengking atau dengan menghiba.
Singa Jantan jangan belajar Mengaum kepada Kucing (Beres), itu sesuatu hal yang mustahil terjadi. Potensi Mengaum hanya ada pada Singa bukan pada Kucing. Singa Jantan harus belajar mengaum pada sesama Singa lainnya.
Singa memburu dan menangkap buruannya. Singa makan dari hasil buruannya, dan Singa hanya memburu untuk memakannya. Kucing mendapatkan makanannya dari belas kasih pemiliknya, atau dari hasil mengais-ngais sisa makanan dari tempat pembuangan sampah, ada juga yang diperoleh dari hasil curian.
Kucing dikenal beberapa tipe, Kucing Peliharaan yang makan dan tinggal dari belas kasih tuannya, Kucing Kurap, kucing liar sipembuat onar dan makan dari sisa-sisa makanan atau hasil curian. Kucing Hutan, yang liar namun hanya memburu binatang yang lebih kecil dari dirinya, sering juga mempermainkan hasil tangkapannya sebelum menikmatinya.
Kucing yang menangkap hasil buruannya memiliki naluri mempermainkannya, karena buruan hasil tangkapannya umumnya lebih kecil dari dirinya. Sifat kucing ini menggambarkan suatu karakter yang ingin diakui kehebatannya meskipun sebenarnya biasa saja, karena buruannya memang lebih kecil dari dirinya.
Singa jantan adalah gambaran setiap anak manusia, yang terbentuknya dan rencana hidupnya ditentukan Tuhan untuk jadi penguasa alam ini, untuk jadi pemenang dan pemimpin.
Sayangnya banyak Singa Jantan (anak manusia) belajar mengaum kepada kucing, sampai akhir hidupnya mereka tidak menyadari anugerah dan kuasa serta kemampuan yang diberikan Sang Khalik kepadanya. Jangankan “Auman”, suara “Ngeong” pun akhirnya tidak keluar dari mulutnya.
Ada Singa Jantan lainnya, terperangkap dalam sangkar Pelatihnya. Singa Sirkus, yang lupa akan kodratnya, yang menyianyiakan tenaganya, kekuatannya dan anugerahnya. Tunduk kepada arahan orang lain (pelatihnya) untuk menjadi penghibur penonton. Masih bisa mengaum, karena itu jadi menarik untuk ditonton, dia tetap Singa, tapi sudah
seperti Kucing piaraan.
Hai Singa-singa Jantan (anak manusia), belajarlah mengaum dari Singa-singa Jantan yang sudah terlebih dahulu mengaum dari anda (berhasil, sukses). Anda adalah Singa Jantan, benih dan power untuk mengaum dan berburu ada didalam diri anda, gunakan, latih dan kembangkan supaya aumannya semakin besar dan buruanmu semakin besar.
Celakalah engkau hai anak manusia. Karena engkau yang bisa meniru hampir semua suara-suara alam. Engkau bisa meniru suara Singa, suara Kucing, bahkan suara Guruh dan Air Bah. Celakalah engkau yang hanya bisa meniru suara-suara namun tidak pernah menjadi seperti pemilik suara tadi.
Bila engkau terlalu mahir meniru suara-suara alam, setidaknya engkau dapat jadi penghibur penonton, dan mungkin dapat mengumpulkan rejeki darinya.
Ingat Tuhan menciptakan kita anak-anak manusia untuk menguasai alam ciptaanNya dan untuk menjadi pemenang serta diberkatiNya, untuk menjadi berkat bagi mereka disekeliling kita dan alam sekitarnya.
Salam,
Berman R. Sitorus