

Sudah dibaca : 2471 kali
Saat perkembangan tren media sosial Facebook semakin pesat, sudah barang pasti akan membawa dua sisi dampak yang saling bertentangan. Bagi yang bijak menggunakan maka akan merasakan manfaat yang amat besar, namun bagi mereka yang lalai dan terbuai maka mereka akan tenggelam dalam ilusi bersosialisasi yang tak nyata serta bisa juga merugikan.
Mungkin sebagian dari rekan-rekan berfikir apa yang saya ucapkan terlalu lebai dan berlebihan. Namun coba tanyakan dalam diri Anda sendiri, secara jujur dari dalam hati kecil, apakah pernah suatu ketika hidup Anda terasa lebih buruk dan tak bahagia setelah mengakses akun Facebook? Kalau saya pribadi, jawabannya Ya..! bahkan dalam beberapa kondisi, selepas mengakses beranda Facebook semangat saya justru kian lemah dan memandang banyak hal menjadi tak mudah dalam hidup saya.
Apakah Anda juga? Jika iya, bisa jadi rekan-rekan telah terkena syndrome tak bahagia yang disebabkan mengakses media sosial Facebook secara salah. Saya berikan tanpa tebal, karena pada dasarnya memang tidak ada yang salah dari layanan Facebook jika kita faham bagaimana menggunakannya dengan tepat dan bijak. Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang fenomena ini secara ringkas.
Penelitian: Facebook Buat Penggunanya Tak Bahagia
Sebagai dasar dari fenomena tersebut, terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan pengaruh dari akses media sosial #Facebook. Penelitian tersebut dilakukan oleh sebuah lembaga independen dari Copenhagen, Denmark bernama Happiness Research Institute. Tujuan utamanya yakni untuk melihat apakah ada pengaruh yang dirasakan oleh orang yang berhenti mengakses akun Facebook dalam jangka waktu tertentu.
Dalam penelitian tersebut diikut sertakan 1095 orang yang dalam kesehariannya rutin mengakses media sosial besutan Mark Zukerberg tersebut. Setelah itu, mereka dibagi menjadi 2 kelompok dalam jumlah yang sama, satu kelompok diminta untuk tetap menjalankan aktivitas media sosial sedangkan kelompok kedua diminta untuk meninggalkan aktifitas Facebook secara total selama kurun waktu seminggu.
Setelah waktu uji coba usai, semua obyek penelitian diberikan serangkain tanya jawab terkait perubahan dalam hidup, baik perasaan hingga kegiatan sehari-hari. Dan hasilnya, ternyata mereka yang berhenti menggunakan Facebook banyak yang merasa lebih bahagia di banding kelompok yang terus menggunakan Facebook. Dalam parameter lain, tingkat kecemasan dalam diri kelompok yang terus mengakses Facebook ternyata lebih besar dari para mereka yang “cuti” main Facebook selama 1 minggu.
Selain itu, data lain juga mengungkap bahwa mereka yang tidak mengakses Facebook mempunyai kegiatan bersosial secara langsung, baik tatap muka maupun via telepon yang lebih banyak. Hal tersebut dirasa lebih membuat nyaman ketimbang saat hanya “berbincang” secara online.
Sharing Pengalaman Pribadi
Sedikit menceritakan pengalaman saya pribadi, setelah membaca penelitian ini saya mencoba mempraktikannya. Meski tidak sepenuhnya off dari Facebook, namun saya coba untuk tidak mengakses beranda serta hanya menggunakan fasilitas Messenger (keperluan pekerjaan).
Hasilnya memang sangat terasa, waktu yang biasanya saya habiskan untuk duduk melihat beranda Facebook ntah dalam beberapa menit saja, kini terasa lebih nyaman. Biasanya saya melihat ada beberapa hal berkaitan dengan pekerjaan yang membuat saya justru semakin tidak semangat. Bahkan setelahnya saya coba hapus beberapa Page ataud Grup Facebook yang sebenarnya tidak saya perlukan. Kini beranda Facebook saya, terasa lebih “ringan”, karena saya hanya mengikuti beberapa Page yang berisi motivasi dan inspirasi. Hidup lebih indah dan tidak terganggu banyak informasi atau konten yang justru membawa efek buruk.
Mungkin saja hal ini akan memberikan efek berbeda-beda tergantung dengan karakter dan kecenderungan kita dalam mengakses Facebook. Namun secara umum, saya berani mengatakan bahwa memang ada perubahan ketika saya tidak mengakses Facebook, setidaknya untuk diri saya sendiri.
Hal yang Mendasari Ketidak bahagiaan Ketika Mengakses Facebook
Menyambung penelitian yang dilakukan Happiness Research Institute, dipaparkan pula beberapa hal yang disinyalir menjadi penyebab mengapa akses Facebook memberikan pengaruh tidak bahagia bagi pemakainya.
Disampaikan oleh CEO Happiness Research Institute Meik Wiking, bahwa faktor iri menjadi salah satu penyebab utamanya. Pada kasus nyata, setiap hari kita disuguhkan beragam konten baik dari teman atau kenalan Facebook yang memposting hal-hal menyenangkan atau indah dalam hidup mereka. Lagi liburan, beli gadget baru, bersama dengan teman atau keluarga, hingga lagi diner romantis bersama pacar disadari atau tidak akan mempengaruh pemikiran dan hati pengguna Facebook lain yang tidak bisa mendapatkan hal-hal tersebut.
“Facebook berisi berita bagus dari orang-orang, sementara kita melihat keluar jendela dan ada awan mendung,” ucap Wiking sebagai perumpamaan fenomena tersebut.
Selain hal-hal tersebut tentu masih banyak hal lain yang bisa memberikan dampak buruk secara psikologis ketika seseorang mengakses Facebook. Namun saya tekankan sekali lagi, seperti yang telah saya sampaikan di atas, pada dasarnya Facebook juga mempunyai segudang manfaat jika kita bisa menggunakannya dengan bijak dan tepat.
Artikel ini dibuat untuk memberikan sisi pandang lain terhadap fenomena perkembangan media sosial. Keputusan akhir berada di tangan rekan-rekan semua. Karena mungkin saja ada yang sudah merasa bahagia dengan mengakses Facebook, atau sebagian lainnya setelah ini akan mulai melakukan “penyaringan” agar kegiatan media sosial bisa berjalan lebih nyaman.
Berikut video yang menggambarkan betapa Facebook sangat berdampak dalah kehidupan pribadimu.
Sumber: Maxmanroe.com