Sudah dibaca : 348 kali
Sekarang ini kita memasuki abad “super”. Perubahan di segala bidang, supercepat. Perkembangan teknologi, supercanggih. Persaingan bisnis, superketat. Kejahatan, supermerajalela. Jadi? Dibutuhkan seorang individu yang berkualitas super. Jika seseorang masih mengandalkan kekuatan diri sendiri, kualitas super tidak pernah diperoleh. Akibatnya, dia akan menjadi superbingung, superputusasa, superstress, yang ujung-ujungnya dapat mengantarkan kepada kondisi stroke, dan berakhir pada stop… game over.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Baik Rick Warren maupun Laura Nash dan Scotty McLennan, mengusulkan untuk menggunakan senjata pamungkas yang ampuh bernama “nilai-nilai spiritualitas” untuk menjawab berbagai tuntutan “super” itu. Nilai-nilai ini berakar pada nilai-nilai religi.
Spiritualitas, oleh Roy Sembel dipelesetkan menjadi superitualitas, harus menjadi jiwa dari tujuan yang akan dicapai. Manusia tanpa tujuan, ibarat kapal tanpa kemudi, kata Thomas Carlyle. Rick Warren melengkapinya dengan mengatakan, bahwa tanpa tujuan kehidupan tidak memiliki makna. Tanpa makna kehidupan tidak memiliki harapan. Tanpa harapan tidak ada kehidupan, karena harapan tidak berbeda dengan udara dan air dalam kehidupan ini. Jadi, tujuan erat kaitannya dengan eksistensi hidup, karena tujuan memberi makna bagi kehidupan kita.
Tujuan memberi energi. Energi membuat kita dapat beraktivitas. Dengan memiliki tujuan hidup, bangun pagi menjadi lebih bergairah, hidup menjadi lebih menyenangkan, kesulitan bukan merupakan hambatan, tetapi merupakan tantangan yang harus diatasi. Pekerjaan bukan merupakan beban, melainkan kewajiban, kesempatan dan anugerah. Dengan tujuan, segalanya menjadi lebih indah. Semakin jelas tujuan, semakin besar harapan dimunculkan, dan semakin kuat energi dibangkitkan.
Tujuan memberi fokus, yang membantu kita untuk lebih memusatkan perhatian, pikiran dan energi, sehingga kita semakin dekat dengan pencapaian. Kita menjadi lebih fokus dan selektif mengambil tindakan. Tanpa tujuan yang jelas kita mudah menghabiskan waktu dan energi untuk berganti-ganti arah hidup: berganti profesi, pekerjaan, hubungan atau lingkungan. Kekuatan yang terfokus merupakan kekuatan dahsyat untuk menggerakkan hidup, meraih tujuan hidup. Itulah yang dilakukan oleh orang-orang sukses, dari dulu sampai sekarang.
Cara pandang superitualitas mengubah cara pandang lama menjadi baru; melakukan terobosan yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin, yang tidak lazim menjadi lazim. Cara pandang lama dalam bisnis adalah : raup keuntungan sebanyak-banyaknya, kompetisi yang sengit, performa keuangan dan perebutan kekuasaan, telah menceburkan para pelaku bisnis dalam kehidupan yang penuh ketegangan, dan keputusasaan. Cara pandang ini harus dibuang jauh-jauh dan diubah dengan cara pandang baru, yaitu cara pandang spiritualitas.
Laura Nash dan Scotty McLennan menasihati kita jika ingin menerapkan cara pandang spiritualitas dalam bisnis, untuk melakukan hal-hal berikut:
1.Profit Sharing. Paradigma profit taking, hanya memikirkan profit bagi diri sendiri, perlu diubah menjadi profit sharing, yaitu memberi profit bagi pihak-pihak terkait yang membantu kelancaran operasonal usaha: karyawan, supplier dan distributor.
2.Sinergi. Dulu, kerja sama dengan pesaing dianggap tabu, maka tidak berlaku. Sekarang, pesaing bisa bekerja sama secara positif untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Misalnya, sinergi dalam membentuk kawasan bisnis bersama, menetapkan harga bersama, dan sinergi dalam pemberian fasilitas bersama bagi pelanggan.
3.Power Sharing. Dulu, kekuasaan ada pada puncak pimpinan dalam suatu perusahaan. Sekarang, kondisi ini perlu diubah. Dalam mengendalikan kegiatan bisnis, pimpinan puncak suatu perusahaan tidak dapat bergerak tanpa dukungan seluruh jajaran dalam perusahaan. Seorang atasan tidak bisa lagi kerja sendirian. Setiap departemen atau bagian memerlukan dukungan dari departemen atau bagian lainnya. Kondisi pasar yang superkompleks, dengan perubahan supercepat memerlukan kerjasama dalam tim yang solid. Tim yang berkualitas hanya mungkin jika diisi oleh individu yang berkualitas.
4.Ethical Performance. Jika dulu prestasi finansial dijadikan patokan dasar satu-satunya untuk mengukur kesuksesan suatu bisnis, sekarang kriteria itu perlu dilengkapi dengan standar etika yang menjadi kompas penunjuk arah sukses perusahaan. Perusahaan dengan standar implementasi etika yang tingi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk senantiasa berbisnis dengannya.
Ingin sukses dan berkualitas di dunia yang semakin serba “super”? Milikilah kekuatan super! Kekuatan super bukan berakar pada fisik kita sebagai manusia, tetapi kekuatan yang berasal dari nilai-nilai spriritualitas!
Selamat menjadi manusia berkualitas yang bersumber pada nilai-nilai Spiritualitas!
Live as if you were to die tomorrow,
Learn as if you were to live forever.
(Mahatma Gandhi)
Oleh : Teha Sugiyo